Peran wereng hijau (WH) dalam system pertanaman padi menjadi penting oleh karena WH merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan WH sebagai penghambat dalam system pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus tungro. Sebagai hama, WH banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. WH menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. WH menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampi kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan WH.
WH umumnya dikendalikan dalam satu paket dengan pengendalian tungro. Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro seperti Tukad, Petanu, Kalimas, dan Bondoyudo, dan penggunaan insektisida. Beberapa insektisida efektif, terutama yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidkloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.
Nephottetix virescens N. nigropictus N. cinticeps N. malayanus
Sumber: Putra, R. (2018). Hama dan penyakit tanaman padi dan deskripsi padi sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum panen). Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang hilang. Burung sebaiknya dikendalikan dengan cara: Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung. Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan burung; luas sawah yang diisolasi kurang dari 0,25 hektar. Bila tanam tabela: Benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah; Benih yang digunakan harus lebih banyak; Gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti burung; pekerjakan penjaga burung; Tanam serentak dengan sekitarnya; jangan menanam atau memanen di luar musim agar tidak dijadikan sebagai satu satunya sumber makanan pada saat itu.
Rattus argentiventer (Rob. & Kloss) Tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya di tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan di daerah perkampungan dekat sawah.
Populasi tinggi dari hama ini dapat terjadi sejak di persemaian hingga anakan maksimum. Larva muda memarut jaringan epidermis tanaman, meninggalkan lapisan bawah daun yang berwarna putih. Larva yang sudah tua makan dari pinggiran daun. Larva bergerak seperti ulat jengkal dengan cara melengkungkan bagian belakang tubuhnya. Tanaman padi yang diberi pupuk dengan takaran tinggi sangat disukai hama ini. Populasinya meningkat selama musim hujan. Ngengat aktif pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di dasar tanaman atau di rumput rumputan.