Rattus argentiventer (Rob. & Kloss) Tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya di tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan di daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (runway), kotoran/faeces, lubang aktif, dan gejalaserangan. Tikus sangat cepat berkembang biak dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Dalam satu musim tanam, satu ekor tikus betina dapat melahirkan 80 ekor anak. Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yang didasarkan pada biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara bersama oleh petani sejak dini (sejak sebelum tanam), intensif dan terus-menerus, memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam wilayah sasaran pengendalian skala luas.
Pada awal musim, pengendalian tikus ditekankan untuk menekan populasi awal tikus, yang dilakukan melalui gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS, pemasangan bubu perangkap pada pesemaian. TBS merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal, berukuran minimal (20x20) m, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 meter, memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagar plastik dengan lubang menghadap keluar, dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan masuk tikus.
TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu tergenang air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman. LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang > 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselangseling agar mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap. Fumigasi paling efektif dilakukan pada fase generatif, saat sebagian besar tikus berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida sebaiknya hanya digunakan saat populasi tikus sangat tinggi, dan hanya efektif pada periode bera dan fase awal vegetatif.
Sumber: Putra, R. (2018). Hama dan penyakit tanaman padi dan deskripsi padi sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Burung menyerang tanaman padi pada fase matang susu sampai pemasakan biji (sebelum panen). Serangan mengakibatkan biji hampa, adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang hilang. Burung sebaiknya dikendalikan dengan cara: Penjaga burung mulai dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung. Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan burung; luas sawah yang diisolasi kurang dari 0,25 hektar. Bila tanam tabela: Benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah; Benih yang digunakan harus lebih banyak; Gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti burung; pekerjakan penjaga burung; Tanam serentak dengan sekitarnya; jangan menanam atau memanen di luar musim agar tidak dijadikan sebagai satu satunya sumber makanan pada saat itu.
Populasi tinggi dari hama ini dapat terjadi sejak di persemaian hingga anakan maksimum. Larva muda memarut jaringan epidermis tanaman, meninggalkan lapisan bawah daun yang berwarna putih. Larva yang sudah tua makan dari pinggiran daun. Larva bergerak seperti ulat jengkal dengan cara melengkungkan bagian belakang tubuhnya. Tanaman padi yang diberi pupuk dengan takaran tinggi sangat disukai hama ini. Populasinya meningkat selama musim hujan. Ngengat aktif pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di dasar tanaman atau di rumput rumputan.
Melanitis leda ismene Cramer Ngengat tidak tertarik pada cahaya. Ngengat berupa kupu-kupu yang berukuran besar yang sangat mudah dikenali karena pada sayapnya terdapat bercak berbentuk seperti mata. Larva memiliki 2 pasang tanduk, satu pasang di bagian ujung kepala dan satu pasang lainnya ada di bagian ujung abdomen. Larva penyebab kerusakan pada tanaman, makan daun mulai dari pinggiran dan ujung daun. Fase pertumbuhan tanaman yang diserang adalah dari fase anakan sampai pembentukan malai.