Tanaman utama untuk budidaya padi salibu sebaiknya telah mengaplikasikan model PTT. Model PTT adalah aplikasi model untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya secara bijak. Urutan anjuran teknologi produksi padi pada PTT adalah:
Beberapa varietas padi yang mempunyai potensi ratun tinggi dan dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan anakan salibu yang banyak dan baik menurut Susilawati et al. (2011) dan Suhartatik (2014), yaitu varietas kelompok hibrida (Rokan, Maro, Hipa-4, Hipa-5 Ceva) dengan potensi ratun berturut-turut (99,3%; 76,8%; 100%; 75,9%) dan varietas kelompok inhibrida (Inpari 19, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Batang Paiman, Inpari 32) dengan potensi ratun berturut-turut (84,9%; 72,4%; 69,8%; 69,3%; 64,9%; 62,9). Tahapan utama dalam budidaya padi salibu sebagai berikut:
a. Persiapan lahan Lahan dibersihkan dari jerami sisa panen dan gulma secara mekanis. Apabila populasi gulma cukup padat dapat disemprot dengan herbisida yang cara kerjanya kontak dan areal terbatas. Jika lahan terlalu kering lakukan penggenangan 1-2 hari, kemudian air dikeluarkan sampai tanah lembab.
b. Pengolahan tanah, persemaian, tanam, dan pemotongan ulang Pemotongan ulang tunggu sisa panen dilakukan dengan cara meninggalkan sisa batang atau tunggul sekitar 25 cm dari permukaan tanah,selanjutnya dibiarkan selama 7-10 hari hingga keluar tunas baru. Apabila tunas yang keluar kurang dari 70% dari populasi maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. Jika memenuhi syarat dilakukan pemotongan ulang tunggul sisa panen secara seragam dengan alat pemotong hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah. Budidaya padi salibu melanjutkan pemeliharaan dari pemotongan sisa batang tanaman utama sejak awal Hari Setelah Pemotongan (HSP). Setelah tunas salibu keluar lakukan pengairan hingga ketinggian 2-5 cm dari permukaan tanah atau tunas yang keluar tidak tenggelam.
c. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan memanfaatkan tunas salibu yang ada dengan membagi dua tunas yang tumbuh hingga perakarannya, kemudian dipecah antara 2-3 anakan, lalu disulamkan ke lokasi tanaman yang tidak tumbuh.
d. Pemupukan Pemupukan salibu dilakukan sama dengan tanaman utama atau sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi. Pemupukan dilakukan secara tabur pada kondisi air macak-macak. Pemupukan pertama diberikan sebanyak 40% dari dosis pada saat tanaman salibu berumur antara 15-20 HSP. Pemupukan kedua diberikan sebanyak 60% dari dosis pada saat tanaman berumur 30-35 HSP.
e. Pengendalian hama dan penyakit terpadu Pengendalian hama dan penyakit terpadu meliputi pengolahan tanah, irigasi, pergiliran jenis tanaman, tanam serentak, pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, varietas tahan hama, menggunakan musuh alami, dan menggunakan bahan kimiawi secara tepat.
f. Panen Panen padi salibu dilakukan saat warna gabah menguning (95%) dan batang masih hijau (Gambar 10). Panen menggunakan thresher atau sabit (sisa tanaman maksimal 25 cm dari permukaan tanah). Teknologi padi salibu dapat menghemat waktu pertanaman sekitar 40 hari dibanding dengan tanam pindah.
Sumber: Abdulrachman, S., E. Suhartatik, Erdiman, et al. 2015. Panduan Teknologi Budidaya Padi Salibu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
Air lindi adalah cairan dari sampah yang mengandung unsur-unsur terlarut dan tersuspensi. Sampah yang tertimbun di lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) mengandung zat organik, jika hujan turun akan menghasilkan air lindi dengan kandungan mineral dan zat organik tinggi, bila kondisi aliran air lindi dibiarkan mengalir ke permukaan tanah dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitarnya termasuk bagi manusia. Air lindi di permukaan tanah dapat menimbulkan polusi pada air tanah dan air permukaan, sebagai berikut: