Jerami adalah bagian tanaman padi setelah dibabat dengan arit setinggi 15-30 cm dari tanah sampai tangkai malai setelah gabahnya dirontokan. Jerami banyak digunakan oleh petani untuk menambah sumber unsur hara atau pupuk organik. Bahan organik yang dihasilkan oleh jerami berfungsi memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik juga membantu tanah untuk menyangga pupuk anorganik sehingga efisiensi pemupukan anorganik menjadi bertambah. Tanah yang miskin bahan organik akan membuat pupuk anorganik cepat hilang melalui pencucian, fiksasi atau penguapan, dan terbawa aliran sehingga menyebabkan produktivitas menurun. Cara pembuatan kompos dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) ditumpuk dan dibalikkan, dan (2) ditumpuk dengan ventilasi tanpa dibalikkan.
Tata cara pengomposan jerami dengan metode tumpukan dan pembalikan :
Jumlah kompos jerami yang dapat dihasilkan dari satu ton jerami ±300 kg dengan kualitas C-organik > 12%, C/N rasio 15-25%, dan kadar air 40-50%.
Tata cara pengomposan jerami dengan metode ventilasi tanpa pembalikan:
Jumlah kompos jerami yang dapat dihasilkan dari satu ton jerami ±500 kg dengan kualitas C-organik > 12%, C/N rasio 15-25%, dan kadar air 40-50%.
Sumber: Abdulrachman, S., M. J. Mejaya, P. Sasmita, dan A. Guswara. 2013. Pengomposan Jerami. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.